Tahun ini Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau yang biasa disingkat dengan DKI Jakarta menginjak usia ke-485. Tanggal 22 Juni 1527 tepatnya daerah ini berdiri. Usia tersebut termasuk dalam jajaran angka besar dalam suatu ukuran usia sebuah kota. Jumlah usia tersebut menyiratkan bahwa di tanah ibukota negara Republik Indonesia ini pastinya sudah terjadi banyak hal dari yang sepele sampai yang sangat kompleks.
Nama Jakarta memang bukanlah nama awal dari daerah yang terletak di bagian barat Pulau Jawa ini. dalam selang 485 tahun itu, terdapat deretan nama yang pernah menjadi sebutan daerah metropolitan ini hingga akhirnya menjadi tetap sebagai Jakarta. Nama-nama tersebut antara lain: Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 - 1619), Batavia/Batauia atau Jaccatra (1619 - 1942), Djakarta (1942 - 1972), dan mengikuti ejaan baru diubah menjadi Jakarta (1972 - hingga sekarang). Namun, disini saya tidak akan membahas sejarah Jakarta di setiap perubahan namanya, yang saya akan bahas ialah apa saja yang telah dilakukan pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk membenahi kota ini terutama yang terjadi akhir-akhir ini.
Sekali lagi, 485 bukanlah angka yang kecil. Itu mengartikan bahwa banyak orang yang berharap kota ini akan semakin baik dan lebih baik lagi tiap tahunnya. Namun, seperti yang kita ketahui bersama, kota Jakarta terkenal akan kemacetan dan banjir, dan yang menjadi fokus utama adalah mengenai “MACET”. Dengan tema “Jakartaku Harapanku” yang diberikan pada tahun ini, saya akan membahas mengenai suatu hal yang alami saat dalam perjalanan menuju Jakarta Fair di Kemayoran, Jakarta (21/06).
Jakarta Fair atau yang biasa disebut Pekan Raya Jakarta (PRJ) memang menjadi magnet tersendiri bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Hal itu disebabkan banyaknya stand dari merk-merk terkenal yang berjualan di sana. Selain itu, tak ketinggalan panggung artis tiap harinya dengan jumlah total lebih dari 250 artis ternama. Sebagai warga Jakarta, saya beserta teman saya tidak ingin melewatkan momen yang spesial ini. Kereta, busway, dan mikrolet menjadi sarana transportasi saya untuk mencapai lokasi PRJ.
Sesampainya di pintu masuk, saya sempat terkejut dan kagum. “Wah sebagian besar panitia yang bekerja adalah para pemuda-pemudi.” Saya langsung berharap tahun depan dapat bergantian tempat dengan mereka. Masuk ke area pameran lebih dalam, saya juga terkagum dengan segala bentuk stand yang ada. “Wow semoga ini menjadi harapan yang lebih baik untuk di kemudian hari bagi Jakarta,” pikir saya. Tiga jam memutari area Jakarta Fair, saya dan kedua teman saya memutuskan untuk menyudahi petualangan di hari itu.
Tepat jam 18.30 saya kembali menggunakan busway untuk perjalanan pulang. Disitulah saya melihat suatu yang membuat saya tertawa kecil. Di dalam sebuah bus yang berjalan cepat, otomatis mata saya akan melihat ke luar kendaraan sambil menikmati pemandangan malam Jakarta. Di saat melihat sebuah iklan di pinggir jalan, saya menemukan kalimat yang berbunyi, “MACET PASTI TERURAI”. Membaca kalimat itu, entah mengapa dalam hati saya tertawa. Saya berpikir mudah sekali mereka memakai kata “pasti”. Saya kira terlalu dini untuk menggunakan kata tersebut. dibawah kalimat itu tertulis pula “Dengan penambahan 8 ruas jalan layang”. “Hmm,, jadi itu programnya,” gumam saya. Tapi, saya pikir kemacetan Jakarta tidak bisa selesai hanya dengan itu. Apakah penambahan ruas akan menyetop jumlah kendaraan yang beredar di jalan? Menurut saya, justru sebaliknya. Kehadiran jalan baru akan berpengaruh juga terhadap kuantitas kendaraan warga Jakarta terutama sepeda motor. Sejenak saya menyalahkan pembuat iklan tersebut. Namun, ketika saya mengingat temanya kembali, saya baru berpikir, ”Ya, inilah harapan semua warga dan rakyat Indonesia yang tinggal atau berkerja di Jakarta.” Mereka ingin Jakarta lancar, aman, dan bebas dari segala kebusukkannya selama ini. meskipun begitu sulitnya kita untuk membayangkan Jakarta tanpa macet, tapi itu bisa saja menjadi sugesti yang memicu para pejabat tinggi di Jakarta untuk berpikir keras mewujudkan kalimat tersebut menjadi nyata. Ya, sekali lagi itu baru HARAPAN dan saya SETUJU!
Melihat kenyataan itu, saya menarik kesimpulan bahwa berharap dan bersugesti baik terhadap diri sendiri itu sangat baik. Karena dengan itu, diri kita menjadi lebih terpacu untuk mendapatkannya bahkan lebih dari pengharapannya. Kalau boleh menambahkan harapan saya untuk DKI Jakarta tercinta ini, saya akan berharap agar Jakarta bersih dari sampah, Jakarta bebas banjir, sarana dan prasarana umum lebih ditingkatkan, peraturan selalu ditegakkan, dan menjadi contoh kota-kota lain di Indonesia, dan lain sebagainya yang tak akan habis jika dituliskan disini (hehe).
Kalau kamu, adakah harapan untuk DKI Jakarta ke depannya?? :D
“Berharap dan Bersugesti Baiklah terhadap Diri Sendiri karena Itu Semua Dapat Memotivasi Diri untuk Selalu Menjadi Lebih Baik"
"DIRGAHAYU KE-485 DKI JAKARTA"