Junjung Tinggi Sportivitas!
“Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita…”, dengan lantangnya Arif, Sigit, dan Pasha menyanyikan lagu “Hari Merdeka” di upacara pengibaran bendera di sekolahnya. Upacara yang diadakan untuk menyambut Hari Kemerdekaan ke-67 Republik Indonesia tersebut diikuti oleh seluruh siswa dan guru SD Terpadu Sukamaju. Meskipun sedang berada di bulan suci Ramadhan, para peserta upacara tetap antusias mengikuti perayaan kemerdekaan dengan semangat nasionalisme yang tinggi.
Begitupun Arif, Sigit, dan Pasha, ketiga murid kelas 3 SD ini
dengan penuh semangat berdiri di lapangan upacara yang terlihat cukup cerah diterangi sinar matahari pagi. Semangat mereka tidak terlepas dari diadakannya kegiatan perlombaan yang sedianya berlangsung tiap tahun di sekolahnya selepas upacara bendera. Tadinya, sekolah berniat meniadakan lomba karena hampir semua murid dan guru sedang melakukan ibadah puasa. Tapi, para murid menginginkan lomba tetap berlangsung. Akhirnya sekolah mengalah dan menyelenggarakannya lagi dengan tentunya pengurangan jumlah lomba.
dengan penuh semangat berdiri di lapangan upacara yang terlihat cukup cerah diterangi sinar matahari pagi. Semangat mereka tidak terlepas dari diadakannya kegiatan perlombaan yang sedianya berlangsung tiap tahun di sekolahnya selepas upacara bendera. Tadinya, sekolah berniat meniadakan lomba karena hampir semua murid dan guru sedang melakukan ibadah puasa. Tapi, para murid menginginkan lomba tetap berlangsung. Akhirnya sekolah mengalah dan menyelenggarakannya lagi dengan tentunya pengurangan jumlah lomba.
Arif, Sigit, dan Pasha yang memiliki semangat tinggi akhirnya mendaftarkan namanya di tiga cabang lomba yang tersedia. Mulai dari memasukkan pensil ke botol, membawa kelereng dengan sendok, dan memindahkan belut.
Pertama, mereka beraksi di lomba memasukkan pensil ke botol. Lomba berjalan sangat seru. Butuh waktu cukup lama bagi mereka bertiga untuk menyelesaikan lomba tersebut. Setelah beberapa saat, akhirnya Pasha yang berhasil memasukkannya lebih dahulu. Disusul Arif dan terakhir Sigit. Urutan buncit membuat Sigit tampak kesal tapi ia tetap optimis bisa mengalahkan dua temannya di lomba berikutnya.
Lomba kedua adalah memindahkan belut dari ember satu ke ember lain. Lagi-lagi mereka bertiga disatukan dalam satu kelompok pertandingan. Sigit yang pada lomba pertama berada di posisi terakhir, terus memikirkan cara terbaik untuk memegang belut agar tidak mudah lepas. Begitupun dua orang temannya. “Priiitt..”, suara pluit ditiup tanda lomba dimulai. Para penonton yang semula berada di jarak 2 meter dengan peserta lomba perlahan mendekat sampai tidak ada jarak sama sekali. Arif yang melihat kejadian itu mencoba mencuri kesempatan langka tersebut. Melihat temannya yang sangat dekat dengan dirinya, ia meminta bantuan temannya untuk membantunya memindahkan belut ke ember yang telah ditentukan. Usaha itu pun berhasil. Banyak penonton yang tidak melihat usaha curang tersebut hingga akhirnya Arif keluar sebagai juara pertama karena berhasil memindahkan paling banyak belut. Sigit berada di urutan kedua dan Pasha kali ini harus puas berada di posisi akhir.
Lomba selanjutnya ialah membawa kelereng dengan sendok. Sigit sangat pesimis dengan lomba ini karena tahun lalu ia berada di posisi paling akhir. Begitupun Pasha, ia tidak terlalu mahir dengan lomba ini. Tapi tidak dengan Arif, ia begitu optimis bisa mengatasi lomba ini dengan mudah. Lomba pun dimulai. Peraturan yang diberlakukan adalah peserta harus memulai dari awal jika kelereng yang dibawanya jatuh di tengah jalan. Lomba pun dimulai. Sigit dengan cekatan menaruh kelerengnya di atas sendok dan perlahan melangkah. Arif ternyata lebih cekatan lagi. Ia sudah mulai berjalan di saat yang lain masih mengatur kestabilan kelereng. Lima menit pertandinga berjalan masih belum ada yang mencapai garis akhir karena kelereng jatuh berkali-kali. Entah karena frustasi atau lelah, di suatu kesempatan Arif lagi-lagi berpikir untuk curang. Ia menahan kelereng yang hendak jatuh dari sendoknya. Kejadian itu tidak tertangkap mata guru-guru pengawas lomba. Arif kembali menjadi urutan pertama di lomba tersebut.
Kegiatan perlombaan di SD Terpadu Sukamajur pun selesai. Para peserta kembali dikumpulkan di lapangan untuk mendengarkan juara di setiap perlombaan. Pada lomba memasukkan pensil ke botol, Pasha dengan senyum lebarnya melangkah pasti ke depan untuk mengambil hadiahnya. Selanjutnya pengumuman lomba memindahkan belut, Arif yang sudah yakin namanya akan dipanggil memasang tampang gembira dan bersiap melangkah ke depan. Namun, ternyata aksi curangnya diketahui juri lomba. Maka dari itu, kepala sekolah memanggil nama sigit sebagai juara pertama dalam lomba tersebut. Betapa senangnya hati sigit. Ia berlari menuju tempat kepala sekolah berdiri dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Arif pun harus menerima kenyataan bahwa aksi tidak sportifnya saat lomba membawa kelereng dengan sendok juga diketahui oleh juri. Kali ini Anto yang dinobatkan sebagai juara pertama.
Sebelum mengakhiri perayaan pada hari itu, kepala sekolah SD Terpadu Sukamaju mengatakan bahwa “Lebih baik kita kalah daripada menang dengan kecurangan”. Kalimat yang sangat tepat ditujukan untuk Arif. Arif hanya bisa menunduk mendengar kata-kata kepala sekolahnya dan berjanji tak akan mengulanginya lagi.---
“Dalam Sebuah Kompetisi, Nilai
Sportivitas Jauh Lebih Tinggi Dari Kemenangan”
“Dirgahayu Ke-67 Republik
Indonesia”
0 Response to "Junjung Tinggi Sportivitas! "
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D