Yang Terakhir...
Rumah, 23 Januari 2013
Tanpa melupakan
kewajibannya, matahari pagi itu kembali menyinari bumi yang dipenuhi sekitar 7
Miliar jiwa manusia. Meski terus menua, bintang paling bersinar di jagat raya
itu masih sangat setia untuk menjadi pusat tata surya galaksi bima sakti yang
kita tempati ini. sekelebat cahaya berkilauan itu ternyata membangunkan aku,
yang kala itu masih tertidur. Kebiasaanku yang satu ini memang buruk, tertidur
setelah sholat subuh. Selepas membuka mata dan menunggu ‘nyawa’ berkumpul. Hal
yang pertama dilakukanku dan hampir sebagian anak muda lainnya, yaitu melihat
smartphone untuk mengecek aplikasi chat, seperti WhatsApp dan Line.
Hari ini tidak
ada agenda yang berarti. Kuliah sedang memasuki masa libur semester sehingga lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah. Pada pekan itu, seharusnya ia berada di
Bogor untuk mempersiapkan diri bergabung dalam pertemuan perdana organisasi
kampus yang bisa dikatakan paling besar dan berpengaruh. Ya, dua hari sebelum
hari ini, aku dinyatakan diterima dalam suatu organisasi kampus yang sebenarnya
kuikuti dengan keyakinan yang tidak serratus persen. Bayangkan saja, proses
wawancara dilakukan setelah melewati jadwal yang ditetapkan. Tentunya dengan
alasan logis dan sangat jelas. Alasan tersebut juga yang membuat dirinya belum
bisa kembali ke Bogor, tempatnya menuntut ilmu dan pengalaman.
Mungkin memang
ini rasanya ditinggal orang yang dituakan