Selalu Ada Jalan Jika Kita Berusaha
Doni, seorang pemuda yang
bercita-cita menjadi dokter, kini tengah menghadapi Ujian Nasional (UN) tingkat
SMA di sekolahnya. Cita-citanya menjadi dokter dinilai terlalu tinggi dan
mustahil untuk dicapai oleh kebanyakan orang. Mereka berpikir seperti itu
karena penghasilan orangtua Doni yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan
terlalu sedikit dan tidak menentu. Sedangkan biaya untuk menimba ilmu di
fakultas kedokteran sangat tinggi. Namun, orangtua Doni tetap berjanji akan
dapat membayar semua kebutuhan Doni sebagai anaknya.
Ujian nasional yang berlangsung
selama empat hari dilalui Doni dengan baik dan lancar. Kini, ia dan teman-teman
seangkatannya tinggal menunggu pengumuman kelulusan sebulan kemudian. Di
masa-masa menunggu pengumuman, Doni membantu orangtuanya bekerja agar mendapat
tambahan penghasilan yang nantinya bisa digunakan untuk membayar biaya
kuliahnya. Selain membantu orangtua, Doni juga mempergunakan waktunya untuk
melatih otaknya mengerjakan soal-soal SNMPTN dari buku kumpulan soal yang
dipinjam dari kakak kelasnya.
Sekitar seminggu membantu
orangtuanya bekerja, Doni berpikir untuk mencari pekerjaan lain yang lebih
besar upahnya. Ia pun meminta izin kepada kedua orangtuanya dan ternyata
orangtuanya mengizinkannya. Doni segera bergegas mencari pekerjaan kemana saja.
Hingga akhirnya kakinya melangkah ke sebuah warung makan. Di warung tersebut,
Doni menemui pemilik warung dan menanyakan apakah ada pekerjaan yang bisa
dikerjakannya. Nasib baik memang tengah menyelimuti Doni. Ia bisa mengisi
bagian cuci piring yang sedang ditinggal pekerjanya pulang kampung selama 20
hari. Setelah mengetahui upahnya sebesar Rp200.000,00, Doni langsung
menyetujuinya. Ia pun bekerja di warung tersebut. Setidaknya dengan uang
sebesar itu, Doni dapat membayar ujian SNMPTN tanpa merepotkan orangtuanya.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu
oleh semua siswa kelas 12 SMA termasuk Doni, yaitu hari dimana pengumuman
kelulusan SMA. Pengumuman tersebut dikabarkan melalui pos yang dikirim ke rumah masing-masing siswa. Namun karena
Doni harus bekerja, ia harus rela menunggu sampai pekerjaan selesai untuk
membuka surat kelulusannya. Selesai bekerja, Doni segera berlari ke rumahnya.
Di rumahnya, orangtua Doni sudah menunggu kedatangan anak tunggalnya karena
orangtuanya sudah berjanji akan membuka surat kelulusan bersama sang anak.
Surat pun dibuka perlahan-lahan. Dan tiba-tiba ketiga orang tersebut berteriak,
“Alhamdulillah,” secara serempak. Hal itu menandakan bahwa Doni berhasil lulus
UN dan juga berarti tugas Doni sebagai seorang siswa telah berakhir.
Hari-hari berikutnya dilalui Doni
dan keluarga kecilnya seperti biasa. Doni bekerja di warung makan dan
orangtuanya bekerja sebagai buruh. Tak terasa hari itu tepat 20 hari Doni
bekerja sebagai pencuci piring dan itu berarti pekerjaan sudah selesai. Doni
pun mendapat upah sesuai perjanjian sebesar Rp200.000,00. Hari itu ternyata
juga bertepatan dengan hari terakhir pendaftaran ujian SNMPTN. Doni bergegas ke
bank untuk membayar dan ke warnet untuk melakukan pendaftaran.
Tibalah hari ujian SNMPTN. Doni
mendapat tempat di sebuah SMA yang tak begitu jauh dari rumahnya. Dua hari
ujian SNMPTN dilalui Doni dengan cukup lancar dan meyakinkan. Senyum kepuasan
pun tertuang di wajah Doni saat ia keluar dari ruang ujian.
Besoknya Doni kembali membantu
pekerjaan orangtuanya. Doni tampak semangat dengan pekerjaannya. Ketika
berjalan pulang dari pekerjaannya, keluarga kecil itu bercerita banyak hal yang
membuat mereka tertawa dan terlihat bahagia. Namun, ditengah kebahagiaan itu,
terjadi suatu peristiwa naas terjadi. Saat sedang menyeberangi jalan raya,
sandal jepit yang dikenakan ibunya Doni putus. Doni tidak menyadari bahwa
ibunya tertinggal di tengah jalan, begitupun dengan ayahnya. Mereka baru
menyadari saat mendengar bunyi benturan. Ya, bunyi itu ialah bunyi tabrakan
antara sebuah mobil dengan ibunya Doni. Ayah Doni segera menghampiri istrinya
yang sudah terkapar tidak bernyawa di jalan. Menyadari istrinya sudah tidak
bernapas, ia langsung menghampiri pengendara mobil yang ternyata seorang pemuda
untuk meminta pertanggungjawaban. Bukannya keluar dari mobil, pemuda tersebut
justru melajukan mobilnya dan menabrak ayah Doni yang sedang berada di
depannya. Melihat kejadian tersebut, Doni terdiam di tempat seolah tak percaya
hal seperti itu terjadi pada keluarganya. Warga sekitar pun langsung
menghampiri ayah Doni untuk memberikan bantuan jikalau masih bisa ditolong.
Tapi, tak ada lagi yang bisa diperbuat. Ayah dan ibu Doni telah dipanggil oleh
Yang Mahakuasa. Seketika itu juga, tangisan Doni tumpah ruah di sepanjang
jalan.
Setelah orangtuanya meninggal
dunia, tekanan mental yang sangat dahsyat dialami Doni. Yang paling parah saat
ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Untungnya, lingkungan
tempat Doni tinggal selalu menyemangatinya sehingga Doni bisa kembali hidup
seperti biasa dan kembali bersemangat untuk mengejar cita-citanya.
Tepat seminggu sebelum hari pengumuman
SNMPTN, pikiran Doni kembali kacau. Kali ini mengenai keadaan ekonominya yang
dirisaukannya. Sejak orangtuanya meninggal, otomatis penghasilannya berkurang.
Uang yang kini ia miliki tidak cukup untuk ia melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Di tengah pikiran yang sedang tak karuan, tiba-tiba seseorang mengetuk
pintu rumah Doni. Terlihat seorang laki-laki bertubuh cukup besar dan memakai
pakaian layaknya seorang direktur sebuah perusahaan. Doni pun segera membukakan
pintu rumahnya dan mempersilahkan orang tersebut masuk. Setelah mengobrol cukup
lama, diketahuilah orang tersebut bernama Pak Sony yang merupakan orangtua dari
pemuda yang telah menabrak kedua orangtuanya hingga akhirnya meninggal dunia.
Tanpa sepengetahuan Doni, ternyata ada beberapa orang yang melaporkan peristiwa
kecelakaan orangtuanya kepada polisi. Polisi pun langsung mencari pelaku
penabrakan dan setelah 20 hari akhirnya bisa menangkap pelaku tersebut. Untuk
meminta maaf kepada Doni, Pak Sony mencari tahu rumah Doni dengan menanyakan
orang-orang yang ada di tempat kecelakaan itu terjadi. Selain meminta maaf, Pak
Sony juga berjanji akan memberikan apapun yang Doni minta sebagai pengganti
penghasilan orangtua Doni yang telah meninggal. Semula Doni tidak ingin meminta
apa-apa karena ia berpikir nyawa kedua orangtuanya tidak dapat diganti dengan
apapun. Namun akhirnya, Doni meminta agar Pak Sony membiayai kuliahnya nanti
sampai ia lulus. Tanpa pikir panjang, Pak Sony langsung menyetujuinya.
Seminggu dirasakan Doni begitu
cepat. Doni sudah bersiap di depan komputer di sebuah warnet untuk melihat
hasil usahanya selama ini. Langsung saja ia membuka website SNMPTN. Secepat kilat Doni membaca nama-nama peserta yang
lolos. “ALHAMDULILLAH, SAYA LOLOS,” teriak Doni yang seketika membuat
orang-orang di warnet menatapnya dengan wajah penuh kebingungan. Doni pun
langsung memberitahukan kabar gembira ini ke semua orang termasuk Pak Sony. Pak
Sony mengucapkan selamat dan mengatakan kepada Doni agar memberitahukannya
kapanpun Doni membutuhkan dana.
Singkat cerita, akhirnya Doni
menimba ilmu di suatu perguruan tinggi terkemuka dengan jurusan impiannya, yaitu
Kedokteran. Selama kuliah, Doni tinggal di sebuah kamar kos yang dibiayai oleh
Pak Sony. Setelah kurang lebih 5 tahun
menimba ilmu kedokterannya, Doni akhirnya lulus dengan nilai sempurna. Tidak
hanya lulus, Doni juga mendapat beasiswa meneruskan studinya di London,
Inggris. Tanpa pikir panjang Doni menerima beasiswa tersebut. Sebelum
meninggalkan tanah air, Doni
menyempatkan diri berkunjung ke kampung halamannya untuk berpamitan ke
semua tetangganya yang telah menyemangatinya di saat dirinya terpuruk. Tak lupa
Doni berkunjung ke rumah Pak Sony untuk mengucapkan terima kasih karena telah
membiayai kuliahnya dan berjanji akan mengembalikan semua uang yang didapatnya
meski Pak Sony menolaknya. Baginya, melihat kesuksesan Doni membuat dirinya
senang dan bangga karena sudah memberikan sebagian hartanya ke orang yang
tepat. Setelah berpamitan, Doni segera ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta
di Cengkareng. Pesawat menuju Inggris yang ditumpangi Doni pun berangkat dua
jam kemudian. Di London, prestasi Doni terbilang sangat cemerlang. Ia selalu
mendapat nilai terbaik di kelasnya sehingga
tak butuh waktu lama untuknya mendapat gelar Doktor. Doni sangat senang akan
hal itu karena cita-cita yang selama ini diimpikannya telah TERCAPAI…
“MUDAH bagi TUHAN memberi keajaiban jika masih ada PERJUANGAN”
0 Response to "Selalu Ada Jalan Jika Kita Berusaha"
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D