Ance Trio Marta, Jutawan Ikan Bawal
Sejak
sekolah dasar, ia sudah berjualan gorengan. Pernah menjual sayuran, menjadi
kondektur, mengajarkan les privat, dan ketika mahasiswa Ance Trio Marta
berdagang roti keliling. Kini ia menjadi jutawan karena ikan bawal air tawar.
Tak
banyak anak muda, apalagi mahasiswa, yang meyakini masa depan perikanan. Para
sarjana perikanan pun banyak yang menyerah dan memilih usaha lain.
Tetapi,
Ance Trio Marta yang waktu itu mahasiswa — sekitar tiga tahun lalu — yakin
bahwa perikanan itu ”seksi” dan potensial. Keyakinan itu membawanya sukses dan
terpilih sebagai juara I Wirausaha Muda Mandiri 2010.
Sudah banyak kabar tersiar tentang pengusaha yang terpuruk di bisnis kolam ikan. Namun, Ance tak gentar. Hasilnya, ia juga berkali-kali gagal, tetapi dia tetap bersemangat.
Sudah banyak kabar tersiar tentang pengusaha yang terpuruk di bisnis kolam ikan. Namun, Ance tak gentar. Hasilnya, ia juga berkali-kali gagal, tetapi dia tetap bersemangat.
Ketertarikan
Ance di bisnis ikan dimulai dari “kecelakaan”. “Waktu itu, 18 September 2007,
saya mengantar teman membeli tanah,” ujar Ance menceritakan perjalanan
pertamanya ke Desa Cibuntu Kulon, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
“Waktu
itu, saya lihat ada bak sampah di bekas kolam yang tidak dipelihara. Kolam itu
kemudian saya sewa Rp 300.000 per tahun. Luasnya sekitar 500 meter persegi,”
tuturnya.
“Saya
coba menebar ikan lele, tapi empat kali rugi. Saya pindah ke kolam lain dan
berhasil. Ternyata, kolam pertama terlalu dingin, enggak cocok untuk lele,”
kenangnya. Bekas kolam itu kini menjadi kolam pembibitan ikan bawal.
Ketika
itu, Ance berhasil di bisnis lele, tetapi kemudian rugi Rp 120 juta. “Padahal,
itu uang investasi dari teman-teman. Saya bingung, mau lanjut kuliah atau kerja
untuk melunasi utang,” ujarnya.
Ia
memilih bertahan dengan beralih pada pembenihan ikan. Sempat putus asa karena
tak punya modal, tahun 2008 dia membuat profil usaha di situs web layanan
direktori usaha.
“Saya
sebutkan bahwa saya menjual segala jenis bibit ikan. Dari internet itu, ada
yang mengontak saya, order bibit ikan,” kata Ance yang mencari bibit ikan ke
berbagai daerah.
Dia
telusuri asal-usul bibit ikan. “Dari situlah saya tahu kebutuhan konsumsi ikan
dan pasokan bibit. Saya menjadi tahu seluk-beluk pembibitan, pembesaran, dan
pemasarannya,” katanya.
“Saya
sempat menjadi calo bibit ikan selama tiga bulan. Dari usaha itu saya mendapat
keuntungan. Uangnya saya pakai membeli indukan bawal,” katanya.
Tragisnya,
indukan yang berharga itu dicuri. Dia sempat terguncang karena duit yang
digunakan untuk membeli indukan itu merupakan tabungan yang dikumpulkan sedikit
demi sedikit.
“Uang
saya ludes, tersisa Rp300.000. Dari jumlah itu, yang Rp200.000 saya berikan
kepada pegawai, Pak Mantri namanya. Saya bilang kepada dia, itu uang hasil
keuntungan bisnis kolam,” katanya.
“Kita
untung Pak, tapi masalahnya saya tak punya modal karena indukan dicuri. Apa
Bapak punya sertifikat tanah yang bisa digunakan untuk modal?” kata Ance,
menirukan ucapannya ketika itu kepada Pak Mantri.
Pak
Mantri pun merelakan sertifikat tanahnya dijadikan agunan bank. Tahun 2008 ia
mendapat kredit Rp 10 juta untuk modal dasar membeli indukan ikan bawal.
“Saya
membeli indukan 3 kuintal, sekitar 100 ekor. Saya berkonsentrasi pada
penyediaan larva ikan bawal,” katanya. Hari demi hari ia lewati dengan target
pertama mengembalikan utang.
MASA LALU
Ance
bercerita, ayahnya seorang kontraktor di Riau. Tetapi, karena suatu hal, sang
ayah bangkrut dan asetnya dijual guna menutupi kebangkrutan. “Kami pindah dari
kota ke kampung. Saat itu saya kelas III SD.”
Di
kampung, orangtuanya bertani untuk mempertahankan hidup. “Orangtua saya petani
biasa, menanam cabai, tomat, dan apa saja yang bisa ditanam di kebun,” katanya.
Maka,
saat di kelas IV SD, Ance memulai usaha. “Saya menjual apa pun, seperti
gorengan di sekolah. Saya juga dagang sayuran, orangtua tak tahu-menahu soal
ini. Duitnya saya gunakan membeli buku,” katanya.
Ance
juga menjadi kondektur mobil angkutan. “Ketika SMA, saya menjadi guru privat
mengajar Bahasa Inggris untuk siswa SD. Nilai uangnya tak seberapa, tapi buat
saya, semangat kerja itu yang penting,” katanya.
Walau
sibuk, prestasi akademisnya tak mengecewakan. “Di SMP saya juara umum, sewaktu
SMA masuk lima besar,” katanya.
Kondisi
ekonomi keluarga pun tak membuat langkah Ance surut untuk menikmati bangku
kuliah di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB). “Baju
dan sepatu ketika SMA saya bawa semua ke Bogor biar bisa berhemat,” katanya.
Sampai
di Bogor, ia mulai memutar otak untuk membiayai kuliah. Ketika masih semester I
di IPB tahun 2005, ia berdagang roti keliling ke tempat-tempat indekos. “Satu
roti harganya Rp 300, saya jual Rp 500,” tutur Ance yang saat itu juga
berbisnis multilevel marketing (MLM).
BANGKIT
Setahun
setelah mendapat kredit bank, bisnis Ance mulai bangkit. “Saya bisa membayar
utang kepada teman-teman. Keuntungannya juga lumayan,” katanya.
Secara
matematis, tiap induk menghasilkan 200.000 anakan. Anakan umur seminggu
dijualnya seharga Rp10 per ekor. Ance memiliki ratusan ekor induk, jadi bisa
dihitung pendapatannya. Kunci dari keberhasilannya adalah membuat sistem
bisnisnya lebih dulu.
“Saya
cari dulu orang yang mau membeli ikan siap konsumsi. Lalu, saya cari petani
yang mau membesarkan bibit ikan sehingga semua siklus bisa dipegang. Saya
belajar sambil jalan, learning by doing,”
katanya.
Dari
sisi keahlian, Ance bukan ahli pemijahan atau pembesaran ikan. Teknik itu ia
pelajari dari petani setempat. Keunggulannya adalah menyatukan semua jaringan
pada seluruh level bisnis ikan, mulai dari pembibitan, pembesaran, hingga
pemasaran.
Ia
menggunakan model inti plasma. Para petani sekitar diajaknya bekerja sama
membesarkan larva dan bibit bawal. Ketika panen, Ance menangani pemasarannya.
Ia
juga melebarkan sayap bisnis dengan pengolahan ikan dan bisnis restoran bermenu
ikan. “Saya juga membuat rumah pelatihan di areal wisata yang akan saya beli,”
kata anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Kini dia mempunyai plasma 12 orang dan petani larva 25 orang di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Kisah Ance terasa manis dan mudah diikuti. Namun, sebelum mengikuti jejaknya, ingat bahwa dia pernah gagal berkali-kali.
Kini dia mempunyai plasma 12 orang dan petani larva 25 orang di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Kisah Ance terasa manis dan mudah diikuti. Namun, sebelum mengikuti jejaknya, ingat bahwa dia pernah gagal berkali-kali.
Bagaimana?? Sangat menginspirasi bukan?? :D
Thanks For http://ibnusabil1.blogspot.com :))
Berikut bincang-bincang GREEN TV IPB dengan Ance Trio Marta:
Thanks For http://ibnusabil1.blogspot.com :))
Berikut bincang-bincang GREEN TV IPB dengan Ance Trio Marta:
0 Response to "Ance Trio Marta, Jutawan Ikan Bawal"
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D