hafizfaturrahman.com

PD!!

Dua orang sahabat tengah menghadapi masa-masa bahagia dalam hidupnya. Gani dan Hera adalah nama sepasang sahabat itu. Kini mereka duduk bersama di sebuah SMA dan berada di kelas XII. Persahabatan yang mereka jalin sudah mencapai tahun ke-6. Ya, awal masuk SMP, mereka dipertemukan dan mulai bersahabat hingga sekarang.
Tiap detik dalam persahabatan mereka, dibuatnya menjadi sangat istimewa dari biasanya. Tak pernah terlihat rasa sedih menghampiri mereka berdua. Namun, ada satu hal yang buruk dari ikatan yang sangat dekat itu. Bagai perangko yang telah tertempel di sebuah amplop surat, mereka memang tak bisa terpisahkan. Bahkan saat sedang menghadapi ujian semester. Karena tidak percaya diri akan kemampuan yang dimiliki, mereka tidak takut untuk melakukan apapun asalkan bisa bekerja sama mendapatkan hasil terbaik. Dari sekadar melalui kertas kecil untuk bertukar jawaban sampai melaui layanan Short Message Service (SMS) telah mereka lakukan selama enam tahun terakhir. Hasilnya pun jelas menggembirakan.
Perbedaan antara keduanya hanya terdapat pada angkar di belakang koma. Nomor absen yang tidak terlalu jauh memang sangat menguntungkan bagi sepasang sahabat ini. Mereka bukannya tidak pernah tidak sekelas. Saat kelas VIII SMP dan X SMA, kelas mereka terpisah. Namun, tali persahabatan dan kecerdikan mereka dalam bekerjasama telah menghancurkan segala tembok yang menghalangi keduanya. Sekali lagi, mereka bukannya tidak belajar sebelum ulangan, mereka hanya tidak percaya diri dengan apa yang mereka miliki. Malam sebelum ujian mereka selalu berusaha belajar.
Kini, mereka tengah dihadapkan dengan Ujian Nasional (UN) untuk menentukan kelulusan SMA. Rasa dag dig dug tentu saja menghampiri semua peserta UN, tak terkecuali Gani dan Hera. Tak hanya rasa nervous yang timbul di dalam diri mereka, rasa takut juga mendekap di pikiran mereka. ketakutan akan hasil buruk pun meningkat tajam setelah diketahui pembagian ruang ujian membuat mereka terpisah. Ujian ini bukanlah ujian semester yang masih memungkinkan mengirim SMS tanpa ketahuan pengawas, ini adalah UN yang memberikan pengawasan sangat ketat kepada pesertanya.
Bel masuk pun berdering. Perlahan mereka melangkahkan kaki ke ruang ujian masing-masing. Semua alat elektronik diperiksa oleh petugas sebelum memulai ujian. Handphone tak terlepas dari barang yang diamankan. Kucuran keringat mulai membasahi tubuh mereka. Hanya doa yang kini bisa dipanjatkan mereka berdua. Ujian akhirnya dimulai. Semakin deras saja keringat yang mengucur di tubuh mereka. Sesaat sebelum melihat soal yang tertata rapi di atas meja, mata mereka seakan ingin mengeluarkan bulir-bulir air. Karena tindakan yang ditimbulkan mereka berdua berbeda dari peserta kebanyakan, pengawas ruang masing-masing menghampiri meja mereka. Gani dan Hera terkejut akan kedatangan pengawas dan berusaha mengusap air mata yang sudah keluar perlahan. Di hadapan pengawas, mereka berkata jujur bahwa mereka tidak siap untuk ujian pada hari itu.
“Kamu tidak belajar untuk hari ini atau kamu sedang sakit?” tanya pengawas kepada mereka berdua.
“Saya belajar dan saya sehat, kok. Tapi…,” jawab Gani dengan sedikit gugup.
“Tapi apa??” tanya pengawas semakin penasaran.
Gani tak menjawab. Tidak jauh berbeda dengan Gani, Hera pun tak berkutik di depan pengawas. Pengawas akhirnya memaksa mereka mengerjakan soal karena itu sudah kewajiban mereka sebagai peserta ujian. Dengan semangat yang ada, duo sahabat itu berusaha membaca soal dan menjawab apa yang mereka mengerti.
Ujian selesai. Mereka keluar ruangan dengan perasaan lega seakan lupa bahwa hari itu hari pertama dari lima hari pelaksanaan UN. Entah karena tidak ingin ditanya-tanya lagi oleh pengawas atau apapun, pada hari kedua sampai kelima, mereka mengerjakan soal tanpa memperdulikan apapun hasilnya. Mereka menjawab semampu mereka. Tak ada niatan lagi untuk mendapatkan jawaban dari teman-teman seruangan. Lima hari yang penuh dengan perjuangan bagi mereka pun berlalu. Sekarang, mereka tinggal menunggu tanggal pengumuman yang katanya akan terjadi di bulan depan.
Tiga puluh hari sepertinya terasa begitu cepat bagi mereka. Dengan berjalan agak malas karena perasaan takut yang selalu menghantui, duo sahabat itu berusaha melangkahkan kakinya ke sekolah untuk melihat pengumuman.
Di sekolah sudah ramai oleh teman-teman yang sangat antusias untuk melihat hasil belajarnya selama 12 tahun. Situasi berbalik 180 derajat di diri Gani dan Hera. Perasaan was-was dan takut jika namanya tak termasuk dalam daftar siswa yang lulus. Teng!! Peringatan dari kepala sekolah bahwa pengumuman sudah ditempel di mading (majalah dinding) sekolah. Kerumunan siswa yang memang sudah tidak sabar berlarian menuju tempat yang dimaksud, kecuali Gani dan Hera yang seakan tak ingin melihat pengumuman itu. Satu jam berlalu, sepasang sahabat itu belum bisa melihat karena tertutup oleh  banyak siswa. Setengah jam kemudian, mading akhirnya cukup lengang. Gani dan Hera pun beraksi untuk menemukan nama mereka dari ratusan nama. Dan… “Yeeeeeyyy, ” teriak mereka serempak. Nama mereka termasuk diantara siswa lulus yang lain.
Ucapan syukur tak henti-hentinya mereka teriakkan. Tak ketinggalan ucapan selamat dari para guru dan tentunya kepala sekolah mengalir ke telinga mereka. Perasaan gelisah yang sempat mengancam masa depan mereka akhirnya hilang. Sesaat sebelum meninggalkan sekolah. Duo sahabat itu pergi ke kelas terakhir mereka di SMA. Di dalam kelas, mereka mengenang masa-masa pahit dan manis selama enam tahun terakhir. Di akhir cerita, mereka berdua berjanji untuk tidak lagi berbuat curang dalam hal apapun. Mereka berpelukan dan saling meneteskan air mata bahagia.

"Percayalah Dirimu Sendiri. Kau Tahu Lebih Dari Yang Anda Pikir Anda Lakukan"
--Benjamin Spock

0 Response to "PD!!"

Post a Comment

Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D

Terima Kasih Atas Kunjungannya - - Silahkan Datang Kembali
Bookmark blog ini (Ctrl+D) || Sewaktu-waktu mungkin dibutuhkan
Toko Online Gratis
HF corner Powered by Blogger