Rudi Salim, Pengusaha Muda di Dunia Maya
RUDI
Salim terlihat tengah berkutat dengan laptopnya saat ditemui di balkon lantai tiga
kantornya di sebuah ruko kawasan elite di Jakarta Utara pekan lalu. Dia
menyatakan lebih senang bekerja di balkon sambil mengamati keadaan sekitar
kantornya. "Di sini banyak sumber inspirasi yang berseliweran,"
katanya. Tak lama berselang, sekretarisnya datang menyuguhkan minuman.
Semua
kendali manajemen perusahaan dan urusan sepele dia lakukan tanpa suara melalui
media internet. Termasuk, mengendalikan karyawannya di luar kota. Ada delapan
cabang di luar kota dengan 32 karyawan dengan omzet lebih dari Rp 1,3 miliar
sebulan.
Usaha
penghobi game online tersebut hanya mengandalkan website dan thread atau lapak
di www.kaskus.us dengan tampilan
sederhana berupa tawaran kredit kepada siapa saja yang bertransaksi jual beli
via online. "Sangat efektif kan. Tapi, saya membangun semua ini dari nol
dengan modal menjual mobil pemberian orang tua," jelas owner PT Excel
Trade Indonesia tersebut.
Pria
yang pernah mencicipi bangku kuliah di fakultas kedokteran sebuah perguruan
tinggi Jakarta selama dua semester itu menjelaskan, usaha tersebut dimulai
dengan kenekatan dirinya membiayai transaksi jual beli di dunia maya (online) tanpa berjumpa dan kenal orang
sebelumnya. Saat bisnis tersebut dirintis, orang tuanya sempat menentang keras.
"Terutama
ibu saya. Sebab, saya putus sekolah dan menjual mobil serta melego salah satu
usaha karaoke milik keluarga. Bahkan, ibu sempat bilang tak mau bertemu saya
sebelum saya sukses," kenang pria kelahiran Jakarta 24 April 1987
tersebut.
Uniknya,
kata Rudi, inspirasi bisnisnya tersebut justru bukan dari dunia online. Tapi,
dari perbincangan dirinya dengan temannya yang bekerja di salah satu toko
elektronik besar berjaringan nasional yang menyediakan pembiayaan untuk
pembelian barang elektronik dari customer. Dari perbincangan tersebut, dia
melihat potensi yang masih sangat besar dari bisnis pembiayaan pembelian barang
kredit, terutama di dunia online.
Tapi,
bisnis Rudi tak langsung mulus dan lancar. Karena minimnya pengalaman, dia
berkali-kali ditipu orang. "Awalnya, survei saya hanya melalui telepon
berdasar aplikasi dan data yang dikirimkan melalui e-mail kepada calon debitor
ke kantor dan rumah calon debitor," terang anak ketiga di antara tiga
bersaudara itu.
Benar saja, permintaan pembiayaan kredit barang naik diikuti naiknya permintaan
kredit bodong alias penipuan. Pada awal usahanya didirikan, sudah ada 60
aplikasi yang masuk dari nasabah di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Tapi, di antara aplikasi-aplikasi yang diajukan untuk dibiayai transaksinya
kepada perusahaan Rudi, tak sedikit yang bermasalah. "Karena itu, saya
selalu cek aplikasi kredit itu sendiri," ujarnya.
Awalnya,
kenekatannya dalam berbisnis penuh risiko tersebut dimanfaatkan orang-orang
tidak bertanggung jawab. Beberapa orang sengaja membuat identitas palsu untuk
mengibuli Rudi. Bahkan dia sempat ditipu sindikat pemalsu kartu kredit dan
menderita kerugian hingga Rp 15 juta.
Kala
itu, ada seorang ibu yang mengajukan aplikasi online untuk membeli laptop
dengan kredit senilai Rp 10 juta. Semua data cocok, termasuk saat pengecekan
dengan menelepon kantor tempat debitor tersebut bekerja di salah satu BUMN.
"Dia sempat membayar empat kali cicilan dan selalu tepat waktu,"
cerita dia.
Rudi
pun percaya kepada "nasabah"-nya tersebut. Karena itu, ketika si ibu
kembali mengambil kredit untuk barang yang sama, dia tidak berkeberatan untuk
membiayai. "Tak saya sangka, ternyata sejak itu dia menghilang. Kredit
laptop keduanya tak dibayar, juga cicilan laptop pertama. Saya kena tipu
mentah-mentah," ujarnya.
Saat
Rudi mendatangi kantor si "nasabah", orang yang namanya sama dengan
nama si ibu tersebut ternyata tidak tahu apa-apa soal kredit laptop itu.
"Tampaknya, orang yang saya temui itu namanya dicatut si penipu,"
imbuhnya.
Dari
berbagai pengalaman menjengkelkan tersebut, Rudi kemudian banyak memperbaiki
sistem pengucuran kredit perusahaannya. Dia lalu merekrut beberapa orang yang
bertugas menyurvei langsung di lapangan. "Kini sebelum bisa menyetujui
kredit nasabah, kami menyurvei secara ketat. Setelah barang ada, orang tersebut
menandatangani perjanjian dan difoto bersama barangnya," jelasnya.
Sejak
sistem baru diterapkan, Rudi jarang kena tipu lagi. Bahkan, banyak pelanggan
yang merasa puas atas pelayanan yang aman dan nyaman yang diberikan perusahaan
Rudi.
Dalam
waktu cepat, nama perusahaan Rudi melejit, terutama di berbagai forum jual beli
secara online. Tanpa harus mengeluarkan biaya promosi, publikasi atas
perusahaan itu cepat menyebar di banyak forum diskusi di dunia maya maupun dari
mulut ke mulut yang pernah merasakan kemudahan layanannya.
Begitu
banyaknya permintaan klien dari luar kota membuat Rudi kembali memutar otak
untuk meraup peluang tersebut. Dia kemudian menggandeng beberapa moderator
daerah di www.kaskus.us untuk menjadi
surveyor. Karena itu, Rudi lalu membuka cabang di delapan kota di luar
Jabotabek. "Kecil kemungkinan para moderator bermasalah karena mereka juga
menjaga reputasinya di dunia maya. Sebab, mereka juga berjualan di forum
tersebut," tegasnya.
Kini,
dia mengembangkan usahanya dengan mulai membiayai permintaan kredit dari para
debitor di bawah usia 17 tahun dengan jaminan orang tuanya. Yang menarik,
sekitar 85 persen permintaan pembiayaan kredit yang diajukan kepada dirinya,
belakangan ini, adalah untuk pembelian BlackBerry
dan handphone (HP). "Sekarang,
saya bersiap untuk ekspansi ke bisnis lain," tuturnya mantap. (*/c5/ari)
Thanks To JPNN.com
0 Response to "Rudi Salim, Pengusaha Muda di Dunia Maya"
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D