Maaf...
Saat ini mungkin hanya kata itu yang bisa saya ucapkan
kepada kedua orangtua saya dan semua orang yang mengharapkan saya mendapatkan
hasil terbaik. Ya, “maaf” menjadi kata yang paling pantas saya ungkapkan dikala
semua kesempatan terbuang dengan percuma, dikala sebuah kepercayaan hanya
dibalaskan sebuah ketidakberhasilan, dikala semua harapan hanya terbayar dengan
utopia semata. Gagal sudah harapan saya untuk memberikan suatu hal yang mungkin
bisa membahagiakan kedua orang yang sangat saya sayangi. Indeks Prestasi (IP)
yang tinggi menjadi sesuatu yang sangat saya harapkan pada semester perdana
ini. Semester yang bisa diibaratkan hanyalah SMA kelas 4. Namun ternyata tak
semudah yang saya pikirkan dan IP tinggi itu harus rela saya lupakan.
Pergi meninggalkan rumah di Jakarta dan memutuskan untuk
melanjutkan studi jenjang sarjana (S1) di Bogor adalah suatu tantangan
tersendiri bagi saya. Tantangan dimana apakah saya bisa berprestasi dikala jauh
dari orangtua dan harus bertemu kawan-kawan baru yang berasal dari sabang
sampai merauke. Saya sadari diri ini bukanlah individu yang mudah akrab dengan
orang baru. Hal itu pun terbukti di saat bulan pertama hidup di kota Bogor,
dimana begitu sulitnya saya berinteraksi sosial di asrama tempat saya menginap,
di kelas, maupun di lingkungan kampus sendiri yang membuat saya menganggap diri
ini salah memilih perguruan tinggi. Entah berapa hari saya hanya berdiam diri
di kamar. Sampai akhirnya, pertanyaan besar muncul dipikiran saya: “Apakah kesempatan ini harus dibuang percuma,
apakah kepercayaan yang telah diberikan orangtua dan keluarga harus dibiarkan
begitu saja, dan apakah harapan-harapan
yang tercurah dari orang banyak harus dibayar kegagalan????”. Semua
pertanyaan itu yang akhirnya membuat saya bangkit dan berusaha semaksimal
mungkin bertahan untuk melanjutkan kuliah di Bogor sampai saat ini.
Untuk menjawab segala kepercayaan dan harapan yang tersemat
di tubuh ini, saya belajar sebaik mungkin meski segala godaan bermain merajai
semua pelosok otak saya. Ujian pertama saya di perkuliahan pun tiba. Pada UTS
pertama, saya melakukannya dengan baik dan lancar. Sehingga nilai-nilai yang
dihasilkan Alhamdulillah memuaskan.
Dengan nilai yang cukup memuaskan hati, saya pun berpikir tinggal menyesuaikan
nilai pada saat UAS hingga nilai akhir nantinya sesuai dengan target yang saya
inginkan. Namun, yang terjadi sekarang jauh dari apa yang saya inginkan dan
saya bayangkan. Entah apa yang terjadi dengan diri saya, entah libur 2 minggu
sebelum UAS yang membuat diri saya malas, atau saya yang menganggap enteng kata
UAS tersebut. Nilai UAS saya jatuh dan target yang saya inginkan terasa seperti
mimpi yang tak akan pernah terwujud. Harapan untuk memberikan suatu kejutan
kepada orangtua pun sepertinya harus dibuang jauh-jauh dari pikiran saya.
Berbagai pertanyaan pun muncul di otak ini. “Ngapain aja lu selama ini?? maen mulu si.
Malem bukannya belajar malah maen laptop!! Kuliah cuma duduk doang, kaga
didengerin!! Sok si lu, berasa udah jago kaga belajar buat UAS!!”. Semua
pertanyaan dan hinaan tersebut seakan menusuk dalam ke tubuh sendiri. Dan saya
menyadari bahwa itu semua memang yang saya lakukan. Malam sebelum UAS bahkan
saya masih memilih untuk menonton film di laptop dibanding untuk membuka buku.
Jika pun saya membuka buku, saya tidak serius untuk berkonsentrasi pada materi.
Itu semua terjadi karena kelalaian saya dalam mengatur antara jam bermain dan
belajar.
Kenyataan pun harus diterima bahwa waktu tak akan dapat
diulang. Sesal, kesal, dan kecewa pada diri sendiri yang saat ini terjadi pada
jiwa ini. Sebenarnya saya sangat amat benci dengan kata “menyesal” dan ingin
saya buang jauh dari kehidupan saya. Tapi, takdir memang sudah harus kita
terima. Saat ini saya hanya bisa berjanji untuk mendapatkan hasil yang terbaik
di semester depan nanti.
Sejujurnya, IP tinggi yang saya harapkan bukanlah untuk
membuat diri ini sombong, bukanlah untuk membandingkan dengan saudara-saudara
yang sederajat, tapi lebih cenderung untuk membuktikan bahwa diri ini bisa
berprestasi meski berada jauh dari rumah dan orangtua.
Namun, maaf..maaf..maaf.. saya gagal.. :'(
“Gunakan waktumu hanya untuk hasil terbaik”
0 Response to "Maaf..."
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuai isi tulisan di atas.
Komentar Anda sangat berarti bagi perkembangan blog ini..
Terima Kasih :D